https://www.un.org/en/climatechange/what-is-climate-change

Pendidikan Geografi untuk Perubahan Iklim: Saatnya Berkemajuan!

Kita sedang berada di ujung tanduk. Perubahan iklim bukan sekadar ancaman masa depan, melainkan krisis yang nyata di hadapan kita. Banjir bandang melanda kota-kota besar, kekeringan mematikan panen, dan suhu ekstrem membahayakan kesehatan masyarakat. Namun, di tengah badai ini, kesadaran kita masih samar. Apa yang bisa dilakukan? Jawabannya ada pada pendidikan geografi yang transformatif.

Artikel “Learning to know, do, be and live together for climate change education: A reflection on practices that work in the context of geographical education” yang ditulis Chang Chew Hung menyoroti pentingnya pendekatan pendidikan geografi dalam membangun kesadaran terhadap perubahan iklim. Artikel ini dapat kita jadikan rujukan dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang efektif dan berorientasi aksi.

Pendidikan Geografi dan Kesadaran Iklim

Pendidikan geografi bukan hanya soal memahami peta, melainkan juga memahami pola interaksi manusia dengan alam. Kurikulum kita harus berani melangkah lebih jauh: mengajarkan keberlanjutan, ketahanan lingkungan, dan mitigasi bencana dengan cara yang nyata dan aplikatif.

Sayangnya, di banyak sekolah, geografi masih diajarkan dengan cara konvensional: menghafal fakta tanpa pemahaman kritis. Siswa mengenal perubahan iklim sebagai teori, tetapi tidak diajak untuk melihatnya sebagai kenyataan yang sedang terjadi di sekitar mereka. Padahal, pendekatan berbasis pengalaman, seperti analisis spasial dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh (PJ), dapat menjadi jembatan bagi mereka untuk menghubungkan teori dengan realitas.

Dari Teori ke Aksi: Praktik yang Efektif

Mengacu pada temuan dalam artikel rujukan, beberapa strategi pembelajaran yang terbukti efektif antara lain:

  1. Pembelajaran Berbasis Proyek – Siswa menganalisis data iklim lokal, memetakan wilayah rentan bencana, dan merancang solusi berbasis komunitas.
  2. Kolaborasi dengan Masyarakat dan Fieldwork – Tidak cukup belajar di kelas. Siswa harus turun ke lapangan: menanam pohon, mengelola sumber daya air, dan menyosialisasikan mitigasi perubahan iklim.
  3. Pemanfaatan Teknologi Digital – SIG dan PJ dapat membantu siswa memvisualisasikan dampak perubahan iklim secara langsung, membuat mereka lebih sadar akan urgensi tindakan nyata.

Lebih dari itu, pembelajaran ini harus bersifat berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan (mindful, meaningful, dan joyful). Siswa tidak hanya memahami perubahan iklim sebagai konsep, tetapi juga merasakannya dalam kehidupan sehari-hari (berkaesadaran). Mereka harus melihat bahwa ilmu yang mereka pelajari berdampak nyata pada lingkungan sekitar (bermakna). Dan yang tak kalah penting, pembelajaran harus menyenangkan dan memotivasi, dengan pendekatan berbasis eksplorasi dan kolaborasi menggembirakan).

Beberapa negara telah mengadopsi model ini dengan sukses. Jika mereka bisa, mengapa kita tidak?

Urgensi Integrasi dalam Kurikulum

Pemerintah harus segera bertindak. Isu perubahan iklim tidak boleh hanya menjadi subbab kecil dalam buku teks, tetapi harus menjadi inti dari pembelajaran geografi. Guru juga memegang peran kunci: mereka harus dipersiapkan dengan pelatihan yang relevan agar dapat mengajarkan materi ini secara menarik dan aplikatif.

Selain itu, kebijakan pendidikan harus mendukung penelitian dan inovasi metode pembelajaran. Sekolah-sekolah harus berkolaborasi dengan universitas dan lembaga penelitian dalam menciptakan modul berbasis data dan teknologi.

Saatnya Bertindak

Perubahan iklim adalah realitas yang harus kita hadapi, bukan sekadar bahan diskusi. Pendidikan geografi harus menjadi alat utama dalam membangun generasi yang sadar, kritis, dan siap bertindak. Kita tidak bisa lagi menunggu. Kita harus memastikan bahwa pendidikan geografi tidak hanya mengajarkan, tetapi juga menggerakkan.

Pemerintah, pendidik, dan masyarakat harus bersatu. Jangan biarkan generasi mendatang hanya menjadi penonton dalam kehancuran bumi ini. Jika kita tidak bertindak sekarang, kapan lagi?

Referensi:

Chang, C.H., 2024. Learning to know, do, be, and live together for climate change education. A reflection on practices that work in the context of geographical education. Journal of Research and Didactic in Geography, 13, June 2024, pp.71-82.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *