
Sebagai pendidik kita hanya bisa menuntun murid untuk menjadi manusia seutunya, dengan kata lain kita tidak bisa menggendongnya karena setiap murid mempunyai kodratnya masing-masing. Dalam menuntun murid kita harus bisa saling asah, asih, dan asuh dengan murid-murid kita. Ki Hajar Dewantara mengibaratkan kondisi pembelajaran ini dengan Merdeka. Itu tidak hanya terlepas atau terbebas dari perintah, namun juga harus cakap memerintah dirinya sendiri. Beliau mengumpakan sekolah sebagai “Taman Siswa”, yang namanya taman tentu membuat anak betah berlama-lama untuk belajar, tidak mengungkung siswa.
Pendidikan sejatinya menghamba pada murid, dalam artian pembelajaran harusnya menjadikan murid sebagai subyek yang belajar, bukan obyek dari guru. Murid bukanlah tabularasa yang harus kita ‘cekoki’ dengan persepsi-persepsi kita. Ini lah mengapa Ki Hajar Dewantara melandaskan filsafatnya tentang pendidikan berdasarkan Montesori dan Frobel, yakni menekankan pentingnya semua indra yang ada pada murid berlatih untuk digunakan sesuai kodratnya agar menjadi adimanusia. Lebih jauh saya melihat bahwa apa yang di sampaikan Bapak Pendidikan Nasional kita tersebut sejalan dengan teori Humanisme dari Carl. Rogers. Dalam bukunya Freedom of Learning, Roger berujar bahwa manusia akan memaksimalkan belajarnya jika tidak mendapat tekanan dari orang lain.
Hal diatas sesuai dengan telaah dari Iwan Syahrial terhadap pemikiran Ki hajar Dewantara, bahwa Pendidikan merupakan sarana menjemput peradapan yang lebih manusiawi. Ibaratnya murid adalah benih padi yang perlu mendapat perhatian dan pengayoman dari pendidik agar tumbuh subur menghasilkan bulir padi yang bermutu. Maka dari itu Pak Dirjen GTK mengibaratkan proses ini seperti Tata Surya kita haurs terus bergerak, kita sebagai pendidik harus dapat menggerakkan, berotasi dan berevolusi, dengan ikut melakukan transformasi perubahan Pendidikan kea rah yang lebih baik, dengan memegang prinsip kemanusiaan, yakni manusia itu memiliki keunikan masing-masing.
Harapnya dengan proses Pendidikan yang seperti tersebut di atas siswa akan mampu hidup sesuai dengan kodrat keadannya, yakni sesuai dengan alam dan zaman. Menyesuaikan dengan Trikon (kontinuitas, konvergensi, dan konsentris) serta berbuah budi pekerti luhur dalam hal cipta, rasa, dan karsa, serta raga dalam bingkai Profil Pelajar Pancasila.
Referensi:
Ki Hajar Dewantara Dasar-Dasar Pendidikan. Keluarga, Th. I No.1,2,3,4., Nov, Des
1936., Jan, Febr. 1937
Ki Hajar Dwantara Metode Montesori, Frobel dan Taman Anak. Wasita, Jilid No.1
Oktober 1928
Pidato Sambutan Ki Hadjar Dewantara. Dewan Senat Universitas Gajah
Mada, 7 November 1956
Carl R. Rogers. Freedom of Learning
Iwan Syarial. Filsafat Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Ki Hajar Dewantara

Transformasi pendidikan dimulai dari kita. Sahabatnya siswa dalam belajar.