Seminggu Tanpa Pembelajaran Tatap Muka

Covid-19 memaksa dunia pendidikan untuk berubah. Perubahan yang sangat nampak ialah beralihnya pembelajaran tatap muka di kelas, menjadi pembelajaran dalam jaringan (daring)/online ataupun pembelajaran jarak jauh (distance learning).

Saat ini banyak sekali penyedia jasa pembelajaran daring, sebut saja Rumah Belajar dari Kementerian Pendidikan da Kebudayaan, Ruang Guru, Quipper, Zenius, dan lain sebagainya. Ada pula penyedia jasa kelas maya, macam Edmodo, Moodle, Lectora, Google Classroom dan masih banyak yang lainnya.

Pertanyaan yang muncul dengan adanya virus, sehingga memaksa dunia pendidikan berubah secara drastis (meskipun sebagian sekolah atau guru dan siswa sudah pernah melakukan pembelajaran daring) ialah bagaimana kesiapan guru dan siswa untuk merubah cara mengajar dan belajar?

Setiap pembelajaran semestinya melewati setidaknya tiga fase, dari perencanaan, kemudian pelaksanaan, dan terakhir evaluasi.

SMK Negeri 1 Binuang juga melaksanakan pembelajaran daring, sebagian guru menggunakan Google Classroom untuk membantu proses pembelajaran. Dalam hal perencanaan, tentunya tidak cukup baik karena selama ini sebagain besar menyiapkan perangkat pembelajaran untuk pembelajaran tatap muka di kelas, bukan untuk pembelajaran daring.

Pelaksanaan pembelajaran daring juga mengalami beberapa kendala, meskipun bisa dikatakan lancar. Namun, sebagian siswa tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan beberapa kondisi, seperti tidak ada telepon pintar, daerahnya tidak terjangkau sinyal, dan tentunya ketidak adaan kuota.

Selanjutnya, dalam artikel ini akan disampaikan data survei mengenai tanggapan siswa selama seminggu pembelajaran daring pada SMK Negeri 1 Binuang. Mungkin hasil survei ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi guru, siswa dan tentunya pihak sekolah.

Hasil Survei Pembelajaran Daring

Gambar 1. Tingkat Ketertarikan Siswa Terhadap Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring yang direncanakan dengan mendadak ternyata tidak membuat sebagai besar siswa tertarik untuk belajar. Sebagian besar siswa merasa pembelajaran seperti ini biasa saja. Bahkan 17% siswa merasa tidak tertarik. Guru perlu menggali (merefleksi) kenapa pembelajaran daring yang dilakukannya kurang menarik?

Gambar 2, Persentase siswa yang sudah dan belum pernah belajar dengan Google Classroom

Sebagian besar siswa di SMK Negeri 1 Binuang belum pernah mengalami pembelajaran dengan Google Classroom atau dengan kata lain, sebagian besar guru sebelum ada kasus Covid-19 belum pernah melaksanakan pembelajaran dengan Google Classroom. Jadi sebagian guru dan siswa baru kali ini belajar dengan kelas maya.

Gambar 3. Berbagai Kesulitan Dalam Pembelajaran Daring

Sinyal internet masih merupakan kendala yang dapat menghambat pembelajaran daring. Siswa juga sebagian merasa bahwa pembelajaran semacam ini menguras kuota. Bagi siswa yang merasa gagap teknologi (gaptek) sebaiknya mendapat bimbingan ataupun literasi digital dari guru, meskipun jumlah siswa dalam kondisi ini sangat sedikit. Namun, sebagian siswa yang lain merasa bahwa pembelajaran daring tidak lah menyulitkan.

Dengan kondisi seperti di atas, ketika diberi pertanyaan Apakah siswa setuju minggu depan dilaksanakan pembelajaran daring lagi, 30% siswa menjawab tidak. Berbagai alasan disampaikan dalam survei tersebut. Seperti, pembelajaran daring menurut mereka sama saja dengan pembelajaran tatap muka, diberi materi kemudian dikasig tugas. Ada yang keberatan karena menguras kuota, dan alasan lain yang perlu mendapat perhatian dari guru.

PR Untuk Guru

Guru tetap harus menghadirkan pembelajaran daring, setidanya sampai minggu depan. Hal ini untuk kesehatan dan keselamatan bersama sesuai himbauan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Guru perlu membuat pembelajaran daring lebih menarik, tidak sekedar memberi materi dan diikuti dengan pemberian tugas. Perlu juga diperhatikan mengenai kuota internet dan sinyal tentunya.

Berbagai kendala dan kondisi pembelajaran daring menguatkan sebuah pendapat, bahwa sampai kapan pun guru merupakan profesi yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Pembelajaran tatap muka masih sangat diperlukan, karena pembelajaran sejatinya tidak hanya guru mengajar dan siswa belajar, namun lebih dari itu. Perlu interaksi antara manusia dan manusia, perlu interaksi dari hati ke hati.

Semoga mewabahnya Covid-19 ini segera berakhir, sehingga kehidupan dan pembelajaran khususnya berjalan seperti sedia kala.

1 thought on “Seminggu Tanpa Pembelajaran Tatap Muka”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *