Sebagian besar ahli sejarah meyakini bahwa Kerajaan Majapahit runtuh karena eksistensi kerjaan Islam. Perkembangan Kerajaan Demak yang bercorak Islam disebut sebagai penyebab runtuhnya Majapahit. Namun, ada ahli geologi Awang Haruna Satyana, yang meyakini bahwa keruntuhan Majapahit disebabkan adanya bencana geologi.
Serat Kanda dan Babad Tanah Jawi menyebutkan keruntuhan Majapahit dalam suryasengkala. Disebutkan bahwa “surya ilang krtaning bhumi.” Secara leksikal dan gramatikal dapat diartikan “musnah hilang sudah selesai pekerjaan bumi” atau dalam istilah yang lebih jelas dapat dikatakan kemusnahan akibat bencana kebumian/geologi.
Berdasarkan data geologi, wilayah pusat Kerajaan Majapahit berlokasi pada daerah elisional. Daerah seperti ini dicirkan sebagai; sedimen lempung yang disisipi pasir sangat tebal dan terbentuk pada waktu yang singkat, sehingga tidak terkompaksi secara sempurna, mempunyai gradien geothermal yang tinggi akibat berbatasan dengan jalur gunung berapi di sebelah selatan sehingga membentuk jalur antiklinorium dan mengakibatkan munculnya gunung lumpur.
Gunung lumpur yang ada di wiliyah ini antara lain; bledug Kuwu; bledug Kesongo; Gunung Anyar; Kalang Anyar; Pulungan; dan di zaman modern ini Lumpur Sidoarjo (LUSI).
Istilah yang sangat tenar diantara para ahli geologi “the present is the key to the past” (masa kini adalah kunci ke masa lalu), dapat disimpulkan bahwa Majapahit menempati wilayah yang secara geologis sama dengan LUSI. Jadi, kemungkinan besar bencana geologi berupa semburan lumpur (seperti LUSI) merupakan faktor utama penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit.
Bahan Bacaan:
Awang Harun Satyana. 2007. Bencana Geologi dalam “Sandhyâkâla” Jenggala dan Majapahit : Hipotesis Erupsi Gununglumpur Historis Berdasarkan Kitab Pararaton, Serat Kanda, Babad Tanah Jawi; Folklor Timun Mas; Analogi Erupsi LUSI; dan Analisis Geologi Depresi Kendeng-Delta Brantas. Disampaikan pada JOINT CONVENTION BALI 2007 The 36th IAGI, The 32nd HAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and Exhibition Bali, 13-16 November 2007
Transformasi pendidikan dimulai dari kita. Sahabatnya siswa dalam belajar.