Tulisan ini merupakan refleksi ketika penulis menjadi peserta sekaligus sebagai narasumber dadakan di Workshop Pengembangan Artikel Jurnal Teknodik yng diadakan oleh Pusat Teknologi dan Komunikasi (PUSTEKOM) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Acara tersebut berlangsung dari tanggal 26 Agustus 2019 sampai dengan 29 Agustus 2019. Lokasi acara berada di Hotel Kristal, Cilandak, Jakarta Selatan.
Bagaimana Menulis Karya Tulis Ilmiah?
Begitulah kira-kira pertanyaan sebagian besar pendidik. Sejatinya setiap guru minimal pernah sekali melakukan penulisan karya tulis ilmiah, yakni berupa skripsi. Jadi sebenarnya semua pendidik mempunyai potensi untuk menulis karya tulis ilmiah.
Tahapan seorang pendidik mau menulis ialah Tidak Tahu, Tahu, dan Mau. Pada tahapan Tidak Tahu seorang pendidik harus menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat. Seorang pendidik harus mencari tahu seperti apa karya tulis ilmiah. Selanjutnya pada tahap Tahu, pendidik sudah menemukan jawaban atas apa yang mereka tanyakan. Kemudian yang terakhir, Mau. Seorang pendidik harus Mau mulai menulis.
Apa yang ditulis?
Setiap saat pendidik dihadapkan oleh permasalahan pembelajaran yang ada di sekolahan. Mulai dari rentensi siswa yang rendah. Banyak siswa yang malas belajar. Nilai hasil belajar yang diperoleh sebagain siswa tidak tuntas Kriteria Kentutasn Minimal (KKM). Kita harus memilih masalah mana yang mendesak untuk kita carikan solusi. Setelah tau masalah yang paling krusial, kita lanjutkan dengan mencari bahan bacaan. Seorang pendidik yang malas membaca, pasti akan malas menulis (karya ilmiah).
Apa yang dibaca?
Baca hasil-hasil penelitian orang lain yang pernah mempunyai masalah yang sama atau hampir sama dengan masalah yang sedang kita hadapi. Dimana mencarinya? Salah satu situs yang sering saya gunakan untuk mencari penelitian terdahulu ialah Google Cendikia. Dalam situs tersebut kita tinggal masukkan kata kunci untuk menemukan puluhan, ratusan bahkan ribuan hasil penelitian orang lain. Pilihlah penelitian yang sama atau hampir sama dengan masalah yang kita hadapi.
Selanjutnya apa?
Susunlah format tulisan mulai dari latar belakang (untuk memberikan gambaran tentang masalah yang kita hadapi), tinjauan pustaka (hasil menganalisis dan mensintesis penelitian orang lain yang telah kita baca). Ingat setelah mengunduh artikel hasil penelitian orang lain di Google Cendikia, jangan hanya disimpan tapi perlu dibaca. Setelah itu, lakukan analisis dan sintesis, jangan hanya copy paste. Hal ini untuk menghindari plagiat.
Setelah itu amati bagian metodologi penelitian, penelitian orang lain tersebut. Gunakan metode yang tepat untuk penelitian yang akan dilakukan. Untuk lebih jauh tahu tentang metode penelitian, para calon penulis bisa membaca di buku Riset Pendidikan Geografi. Buku tersebut sangat ringan untuk dibaca, namun isinya contoh-contoh penelitian yang sudah terbit di jurnal ilmiah terakreditasi.
Kemudian apa lagi?
Public or perish. Hasil penelitian yang telah dibuat mau diterbitkan agar diketahui kalayak umum atau hanya aka jadi sampah. Pastinya, setelah capek menulis, kita ingin tulisan kita dibaca orang lain. Banyak pilihan untuk menyampaikan hasil penelitian kita, mulai dari melakukan disemenasi di sekolah, atau di MGMP, menjadikan karya ilmiah yang ditaruh di perpustakaan sekolah, diikutkan seminar untuk jadi prosiding atau diterbitkan di jurnal, mau yang lokal, nasional atau internasional. Semua itu ada angka kreditnya, yang dapat membantu kita untuk naik pangkat.
Menulis karya tulis ilmiah itu harus nekat, nekat cari tahu dan nekat untuk menerbitkan. Satu yang pasti, karya tulis ilmiah yang baik itu ialah yang selesai, tidak hanya mengendap sebagai ide atau berhenti ditengah jalan.

Transformasi pendidikan dimulai dari kita. Sahabatnya siswa dalam belajar.
Luar biasa inspiratif. Semangat selalu, anak muda đź‘Ť
Siap Pak, terima kasih sudah jd mentor. Ternyata prinsip kita sama, #nekatberbagi