
Salah Satu Inovasi Pembelajaran Geosains
Sumber: http://newsroom.ucla.edu/stories/make-it-rain-ucla-unveils-augmented-reality-teaching-sandbox
Seminggu yang lalu penulis memperoleh kesempatan mengikuti workshop Inovasi Pembelajaran (INOBEL) yang diselenggarakan oleh Subdit Kesharlindung Dikmensus di Fave Hotel, Cililitan Jakarta Timur. Kesempatan tersebut didapat setelah penulis mengikuti lomba INOBEL yang diadakan oleh Dirjen GTK.
Lomba INOBEL tingkat Dikmensus tahun 2019 ini diikuti oleh 1334 pendaftar. Sedangkan proposal yang sampai pada tahap penilaian sebanyak 493. Dari jumlah tersebut terpilih 120 peserta yang proposalnya dinyatakan lolos dan diikut sertakan pada tahap workshop.
Acara yang diadakan pada Kamis, 1 Agustus 2019 sampai Sabtu, 3 Agustus 2019 tersebut menghadirkan narasumber yang sangat kompeten pada bidang penelitian inovasi pembelajaran. Narasumber berasal dari tiga LPTK negeri yang ada di Indonesia seperti UNY, Unnes dan UPI. Mereka adalah Prof Sugiono (UNY), Dr. Sutopo (UNY), Dr. Apri Nuryanto (UNY), Dr. Ali Satya Graha (UNY), Dr. Lantip Diat Prasojo (UNY), Prof Samsudi (Unnes), Dr. Widiyanto (Unnes), Dr. Imas Diana Aprilia (UPI), dan Dr. Endang Rochyadi (UPI).
Selain itu masih ditambah adanya materi khusus yang membahas Hak Kekayaan Intelektual (HKI), yaitu Bapak Syafrimai dan Ibu Nurbaya dari Kementerian Hukum dan HAM.
Lingkup Inovasi Pembelajaran
Setiap pembelajaran mempunyai potensi dan masalah, sehingga perlu adanya inovasi agar tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien. Guru dapat melakukan inovasi pada empat ranah. Keempat ranah tersebut meliputi; Materi Ajar, Metode Mengajar, Media Pembelajaran dan Sistem Evaluasi.
Dari keempat ranah tersebut penulis akan melakukan sintesis bersumber pengetahuan yang telah didapat dari pemaparan narasumber pada workshop INOBEL. Sebagai gambaran dalam melakukan inovasi dalam pembelajaran geosains.
Pembelajaran Geosains Ideal
Geografi mempunyai daya tarik untuk membawa kita melihat, memahami, dan menganalisis hubungan timbal balik antara manusia, tempat, dan lingkungan. Geography can be a key subject in delivering essential skill and cross cullicular themes in 21st century (Leeder, 2006:9).
Pembelajaran geografi mempunyai tujuan memberi pengalaman bagi generasi muda, mengembangkan kecakapan, dan mengatasi persoalan-persoalan dalam kehidupan. Kecakapan-kecapakan khusus yang disumbangkan geografi bagi Abad 21 berupa kemampuan dalam pemetaan, kerja lapangan, dan pemanfaatan teknologi dan komunikasi digital sepertihalnya Sistem Informasi Geografis (SIG).
Permasalahan Pembelajaran Geosains
Pelajaran geografi sekarang ini masih dipelajari sebagai sesuatu yang abstrak. Pembelajaran geografi selama ini menekankan pada konsep-konsep yang bagi siswa masih berupa hal-hal abstrak. Pembelajaran masih selalu dilakukan di dalam kelas. Pembelajaran masih berupa ceramah dan banyak mencatat.
Contoh-contoh yang disampaikan oleh guru kepada siswa masih bersifat artifisial. Soal-soal yang ada saat ulangan harian bahkan ujian nasional juga masih banyak berupa lokasi-lokasi yang artifisial. Materi dan soal secara abstrak terkadang tidak sesuai dengan kenyataaan, dan menjadi tidak geografis (Geographical Association, 2012). Pembelajaran geografi yang berupa konsep abstrak disertai contoh yang artifisial, membuat pembelajaran geografi tidak berkesan bagi siswa.
Guru Geosains Harus Berinovasi
Pembelajaran geografi harus mengikuti perubahan paradigma dari abstrak menuju konteks dunia nyata. Konteks dunia nyata memberi arti bahwa belajar geografi haruslah kontekstual. Guru harus mampu membelajarkan pengetahuan kontekstual dari yang awalnya pengetahuan konseptual (Geographical Association, 2012). Materi ajar harus mengalami sejumlah penyesuaian dari yang berbasis konten menjadi berorientasi pada konteks.
Pembelajaran geografi harus mengikuti perubahan paradigma dari abstrak menuju konteks dunia nyata. Konteks dunia nyata memberi arti bahwa belajar geografi haruslah kontekstual. Guru harus mampu membelajarkan pengetahuan kontekstual dari yang awalnya pengetahuan konseptual (Geographical Association, 2012). Materi ajar harus mengalami sejumlah penyesuaian dari yang berbasis konten menjadi berorientasi pada konteks.
Rujukan
- 1.Pembina SMA D. Pembelajaran Geografi Melalui Pendekatan Saintifik. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 2014.
- 2.Association G. Thinking Geographically. Geography.org. https://www.geography.com/. Accessed August 27, 2019.
- 3.Leeder A. 100 Ideas For Teaching Geography. London: Continuum; 2006.

Transformasi pendidikan dimulai dari kita. Sahabatnya siswa dalam belajar.