Sebagai negara yang terletak pada pertemuan beberapa lempeng tektonik, Indonesia merupakan negara dengan tingkat kerawanan yang tinggi untuk mengalami gempa bumi.
Menurut catatan BMKG, setiap bulannya Indonesia mengalami rata-rata 400 kali gempa bumi. Angka yang fantastis bukan? Meskipun tidak semua gempa yang terjadi memiliki skala yang besar.
Dalam tahun 2018 saja sudah dua gempa bumi skala besar mengguncang Indonesia:
- 28 September 2018. Gempa Sulawesi Tengah, berkekuatan 7,4 SR dengan kedalaman 10 km. Gempa dan Tsunami ini mengakibatkan korban tewas sebesar 2.045 jiwa dan puluhan ribu orang mengungsi ke dataran tinggi.
- 5 Agustus 2018. Gempa Lombok, NTB, berkekuatan 7,0 Skala Richter dengan kedalaman 15KM. Gempa ini menelan 483 Meninggal Dunia, 417.529 jiwa mengungsi, 71.734 rumah rusak, 671 fasilitas pendidikan rusak, 115 masjid rusak, 65 fasilitas kesehatan rusak, 6 jembatan rusak.
Ilmuan-ilmuan geosains di Indonesia dituntut untuk terus melakukan kajian dan penelitian tentang gempa bumi, agar dapat meminimalisir kerugian, baik materi maupun non materi.
Salah satu penelitian yang sangat revolusioner adalah penelitian dengan pertanyaan besar, Bagaimana cara memprediksi gempa bumi? Namun sepertinya penelitian seperti ini belum ada yang mampu untuk melakukannya.
Prediksi gempa harus menetapkan 3 elemen: 1) tanggal dan waktu, 2) lokasi, dan 3) besarnya kekuatan gempa. Sehingga pertanyaan besar tadi, harus dibagi kedalam 3 pertanyaan kecil, 1) Kapan akan terjadi gempa bumi? 2) Dimana terjadi gempa bumi? dan, 3) Berapa kekuatan gempa bumi?
Namun USGS menyatakan bahwa hal itu sangat sulit dilakukan, dan menyimpulkan bahwa “Kami tidak tahu caranya, dan kami tidak berharap tahu kapan saja di masa mendatang. Ilmuwan USGS hanya dapat menghitung probabilitas bahwa gempa bumi yang signifikan akan terjadi di daerah tertentu dalam beberapa tahun tertentu.” Atau dalam kata yang singkat, dapat diartikan “Tidak.”
Richard Walker (University of Oxford) juga menyatakan “Tidak ada dasar ilmiah untuk membuat prediksi.”
“Prediksi hanya akan menjadi mungkin dengan pengetahuan rinci tentang proses gempa bumi. Meski begitu, itu mungkin masih mustahil.” Ungkap Dan Faulkner (University of Liverpool).
Meskipun banyak pihak pesimis bahwa gempa bumi bisa diprediksi, namun ilmuan di Indonesia harus tetap berusaha untuk melakukan penelitian dengan tema revolusioner tersebut.
Dalam sejarah gempa bumi, hanya satu prediksi ilmiah yang terbukti. Gempa berkekuatan 7,3 pada tahun 1975 di Haicheng, Cina Utara diprediksi satu hari sebelum melanda, memungkinkan pihak berwenang untuk memerintahkan evakuasi, menyelamatkan banyak nyawa. Namun prediksi setepat, hal itu sangat sulit untuk terulang. Sehingga banyak ahli yang mengatakan prediksi di Haicheng hanya kebetulan.
Sebagai umat manusia, kita seharusnya tidak boleh pesimis. Berbagai penemuan besar telah dilakukan oleh umat manusia. Bukan tidak mungkin suatu saat nanti, gempa bumi akan dapat diprediksi.
Sebagai catatan dengan berkembangnnya artificial intelligence (kecerdasan buatan), big data (data jumbo) tentang seismik akan memudahkan ilmuan memahami gempa bumi, mengantispasi perilaku gempa bumi, dan memberikan peringatan lebih dini tentang bahaya gempa.
Suatu saat pasti gempa bumi akan dapat diprediksi, entah kapan itu akan tiba.
Daftar Bacaan:
https://www.bbc.com/news/science-environment-14991654
Transformasi pendidikan dimulai dari kita. Sahabatnya siswa dalam belajar.