Saat di lapangan melakukan pengamatan berbagai bentang alam, tentunya kita akan mengabadikannya. Terutama, bagi yang suka pemandangan alam.
Salah satu ilmu yang berhubungan dengan bentang alam ialah geologi.
Namun, apakah kita hanya bisa mengandalkan kamera dari gawai pintar kita saja? Tidak, kita bisa menggambarnya dalam wujud sketsa.
Sketsa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti lukisan cepat (hanya garis-garis besaranya).
Ya menggambar bentang alam ketika praktik lapangan atau fieldstudy yang mempunyai batas waktu tentunya tidak dapat berlama-lama. Nah, membuat sketsa adalah salah satu solusinya.
Penggunaan sketsa lapangan geologi untuk menggambarkan konsep geologi sudah ada sejak hampir seusia geologi itu sendiri (John Noad, 2016).
Geologi merupakan salah satu ilmu yang sangat mengandalkan observasi secara visua, sangat menghargai presentasi data dalam bentuk visual pula (dalam berbagai skala; dari regional, lapangan, hingga sayatan mikrokopis) (Salahuddin Husein, 2013).
Sebagai seorang visual thinker, seorang ahli geologi sering dituntut untuk mampu “menggambar” (Rovicky Dwi Putrohari,2014).
Peta, penampang, diagram, gambar, dan sketsa merupakan cara-cara untuk mempresentasikan data geologi secara visual.
Dahulu seorang geologiawan sangat mengandalkan membuat sketsa untuk menyampaikan informasi geologi yang diperolehnya saat melakukan observasi lapangan.
Kini keahlian tersebut semakin langka. Padahal dengan membuat sketsa, seorang geologiawan akan terus mengasah kemampuan observasi, mengambil dan menonjolkan informasi geologi seraya mengabaikan informasi yang tidak relevan (Salahuddin Husein, 2013).
“Sekarang begini, apakah mereka mampu atau tidak membuat sketsa penampang geologi di lapangan ? Bisakah mereka membuatnya tanpa menggunakan perangkat lunak di komputer ?” (Koesoemadinata, 2013)
Pertanyaan Koesoemadinata di atas menurut hemat kami merupakan kritikan bagi para geologiawan modern, bahwa tidak semua data geologi dapat digambar dengan baik melalui perangkat lunak.
Mengapa sketsa lebih unggul dari foto? (John Noad, 2016); Pertama dan terpenting, Sketsa geologi dapat menyoroti aspek geologi singkapan dengan cara yang jarang dapat dilakukan oleh foto. Banyak permukaan penting yang tidak menonjol saat dilihat, meskipun secara geologis penting.
Kedua, sketsa memungkinkan sudut pandang yang mungkin tidak dapat dicapai dalam kenyataannya, seperti pandangan mata burung dari singkapan.
Ketiga, sketsa dapat digambar di buku catatan dan dikerjakan hingga ilustrator sangat senang, membuktikan pepatah lama bahwa alat ahli geologi yang paling berguna adalah penghapusnya.
Keempat, menggambar singkapan dalam buku lapangan (fieldnotebook) memungkinkan ahli geologi untuk menambahkan catatan sebanyak yang mereka inginkan, kemudian disimpan di lokasi yang mudah ditemukan dan mudah diakses untuk bertahun-tahun yang akan datang.
Tidak ada cara lain, berlatih menggambar sketsa geologi dan keluar lah ke lapangan untuk mengasah keterampilan Anda.
Daftar Pusataka:
John Noad. 2016. The (Forgotten?) Art of Geological Field Sketches. Disampaikan pada AAPG Annual Convention and Exhibition, Calgary, Aberta, Canada 19-22 Juni 2016.
Koesoemadinata. 2013. Dalam Oman Abdurahman. Spirit Geologi. Bandung: Badan Geologi.
Rovicky Dwi Putrohari. 2014. https://geologi.co.id/2014/03/26/sketsa-geologi/
Salahuddin Husein. 2013. https://geohedyn.wordpress.com/2013/10/30/sketches-making-the-vanishing-skill-of-modern-geologists/
Transformasi pendidikan dimulai dari kita. Sahabatnya siswa dalam belajar.
Geologiawan jaman sekarang mungkin saat SD nggak pernah diminta nggambar pemandangan sama gurunya, apalagi anak sekarang mungkin malah disuruh motret bukan menggambar. 😅😅
leres Senior. hahahha